SEJARAH KOTA SHENZHEN

Shenzhen merupakan nama kota di RRT. Letaknya di bagian tenggara. Tepatnya di provinsi Guangdong. Pada tahun 2004, kota ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 6 juta jiwa dengan memiliki luas wilayah 2.020 km². Kota ini terdiri dari 6 kabupaten level-divisi. Letaknya tak jauh dari perbatasan Hong Kong.

Kalau saja kata keajaiban ekonomi punya sebuah perwujudan, maka Shenzhen adalah sosok yang pas sebagai padanannya. Dalam waktu kurang dari 30 tahun, Shenzhen mampu mengubah diri dari kampung nelayan kumuh menjadi kota besar dengan ratusan pencakar langit. Inilah ibukota teknologi China.

Sejarah Kota Shenzen dimulai tahun 1979. Saat itu, pemerintah pusat di Cina merasa perlu memiliki sebuah kota yang mampu menyaingi popularitas Hong Kong, pusat ekonomi Pasifik ketika itu. Terpilihlah Shenzhen yang memang tak jauh dari Hong Kong, hanya 1 jam perjalanan. Sejak itu, Shenzhen menjadi Zona Ekonomi Eksklusif.

Setelah itu muncullah ribuan pabrik berbasis teknologi di Shenzhen. Konka, produsen elektronik yang terus menyerbu dunia, berpusat di Shenzhen. Demikian pula ZTE, pemain no 6 besar dunia pada industri handset, memilih markas besar di Shenzhen. TCL, yang produknya banyak membanjiri Indonesia, juga berkantor pusat di Shenzhen.

Dalam catatan, sedikitnya ada 300.000 industri yang memusatkan kegiatan produksinya di Shenzhen. Umumnya perusahaan berbasis teknologi. Karena itu, tak berlebihan jika menyebut Shenzhen sebagai ibukota teknologi China. Daya tarik Shenzhen juga membuat IBM, perusahaan komputer kelas dunia memindahkan kantor pusat procurementnya untuk seluruh dunia dari New York (AS) ke Shenzhen.

Magnet ini kian komplet, ketika industri-industri lainnya pun ikut hadir di Shenzhen, terutama industri otomotif. Di Shenzhen lebih mudah menjumpai mobil mewah daripada di Jakarta. Para pabrikan mobil mahal seolah datang untuk memenuhi kebutuhan warga Shenzhen yang sudah mampu membeli mobil berkelas. Saat detikcom berada di Shenzen, Porsche malahan baru meresmikan kantornya di Shenzhen.

Sebagai kota baru, Shenzen benar-benar luar biasa. Jika dibandingkan dengan Jakarta, dari sisi jumlah gedung pencakar langit, Shenzhen jauh melampaui Jakarta. Di Shenzhen gedung-gedung tinggi jaraknya sangat rapat, berbeda dengan Jakarta yang hanya terkumpul di Kawasan Segitiga Emas, Sudirman, Gatot Subroto, Thamrin, Kuningan.

Infrastrukturnya pun oke. Jalan-jalan layang seperti tak bisa lagi dihitung. Jalannya lebar namun relatif lancar. Mobil-mobil yang berseliweran didominasi mobil-mobil Eropa kelas mahal. Hotel-hotel di Shenzhen dipenuhi hotel kelas internasional. Ada Kempinski, Sheraton, Shangri-La sampai Ritz Carlton Hotel.

Hanya sayang, segala infrastuktur yang demikian bagus tersebut nampaknya belum diimbangi dengan perubahan kultur warga Shenzen. Di jalanan, masih banyak pengemudi yang ugal-ugalan, sementara area publik seperti toilet umum, banyak tidak terawat. Di sentra-sentra belanja, juga banyak pengemis yang mengikuti ke mana saja wisatawan pergi.

Agaknya, masalah kultur pula yang membuat Shenzen belum menunjukkan degup sebagai kota metropolis. Dengan populasi 12 juta, 4 juta di antaranya tinggal di dalam kota, Shenzen sebagai kota besar praktis terkesan senyap. Pusat-pusat hiburan belum segemerlap seperti di Shanghai. Mungkin masih perlu waktu bagi Shenzen untuk menjadi kota semegah dan seberbudaya seperti Singapura.


Sumber: 
http://id.wikipedia.org/wiki/Shenzhen
http://news.detik.com/read/2008/09/26/112500/1012850/10/shenzhen-ibukota-teknologi-china
 

Comments

Popular Posts