KONSERVASI ARSITEKTUR DI DAERAH JAWA TIMUR

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru




Latar Belakang


Hutan di Indonesia memiliki keanekaragaman hayati dan ekosistem. Luas hutan di Indonesia mencakup sekitar 233 juta hektar. Namun, hutan-hutan ini mengalami deforestasi dan degradasi setiap tahunnya seluas 1.080 juta hektar (2000-2005). Kawasan konservasi mencapai sekitar 12% dari luas total hutan di Indonesia, dan luas Kawasan konservasi di Taman Nasional mencapai 60%. Taman Nasional mengakui hal ini tidak hanya menjadi permasalahan Indonesia saja, tetapi merupakan permasalahan Internasional, dan ini adalah tugas yang mendesak untuk melestarikan kawasan konservasi. Selain itu, banyak jenis exotic dan invasive yang tumbuh di kawasan Taman Nasional. Untuk mempertahankan keaslian ekosistem, kita harus menjaga tumbuhan asli agar tetap hidup dengan baik di kawasan Taman Nasional. 

Kementerian kehutanan Indonesia dan Japan International Cooperation Agency (JICA) memulai proyek “Capacity Building for Restoration of Ecosystems in Conservation Areas” pada bulan Maret, 2010 untuk memperkuat kapasitas pemangku kepentingan dalam pemulihan ekosistem yang rusak di kawasan konservasi, khususnya di kawasan Taman Nasional. Target area yang tercakup dalam proyek ini adalah ekosistem yang terdegradasi di Taman Nasional. Proyek ini bertujuan untuk mengatasi masalah restorasi lahan yang terdegradasi melalui pendekatan yang komprehensif, mencakup tiga aspek yaitu aspek kelembagaan, teknis, dan keuangan. Selanjutnya proyek ini memanfaatkan pengetahuan dan teknologi untuk restorasi lahan terdegradasi yang dihasilkan oleh proyek masa lalu dan proyek / aktifitas yang sedang berjalan termasuk yang dikembangkan dengan bantuan JICA dan juga penduduk setempat dan pengetahuan tradisional. Maret 2010 s/d Maret 2015 (5 tahun) Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Kementerian Kehutanan. Japan International Cooperation Agency (JICA)

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru meliputi area seluas 800 km persegi yang berada di  Jawa Timur. Bagi siapa pun yang memiliki kecintaan terhadap suasana gunung api, kunjungan ke taman ini merupakan suatu keharusan. Taman ini adalah kawasan gunung berapi terbesar di provinsi  Jawa Timur. Mengunjungi taman ini dan melihat gumpalan asap keluar dari Gunung Semeru,  gunung api aktif yang berada 3676 meter di atas permukaan laut adalah pengalaman yang luar biasa indah. Kaldera di taman ini merupakan yang terluas di pulau Jawa, dengan padang pasir tandus seluas 10 km. Di lautan pasir ini ditemukan tujuh buah pusat letusan dalam dua jalur yang silang-menyilang yaitu dari timur-barat dan timur laut-barat daya. Dari timur laut-barat daya inilah muncul Gunung Bromo yang termasuk gunung api yang masih aktif dan sewaktu-waktu dapat mengeluarkan asap letusan dan mengancam kehidupan manusia di sekitarnya (± 3.500 jiwa). Suhu di puncak Gunung Bromo berkisar antara 5 sampai 18 derajat Celcius.

Daerah Tengger yang berpasir telah dilindungi sejak tahun 1919. Diyakini sebagai satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia, dan mungkin di dunia yang memiliki pasir laut yang unik sekitar 2000 m di atas permukaan laut. Ada beberapa gunung di dalam kaldera Bromo ini seperti: Gunung Watangan (2.661 m dpl). Gunung Batok (2.470 m dpl), Gunung Kursi (2.581 dpl), Watangan Gunung (2661 m dpl), dan Widadaren Gunung (2.650 m dpl).

Kegiatan Konservasi

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan kawasan konservasi yang memiliki ekosistem yang unik antara lain terdapat lautan pasir pada ketinggian 2.050 mdpl dan terdapat beberapa danau pada ketinggian 2.300 mdpl, danau tersebut antara lain adalah Danau Ranu Pani. Danau ini dikelilingi oleh daerah enclave dengan mayoritas penduduknya petani sayur tanpa terasering, sehingga pengolahan sistem pertanian yang tidak ramah lingkungan mengakibatkan terganggunya ekosistem Danau Ranu Pani, yaitu terjadinya sedimentasi dan eutrofikasi akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan sehingga menyebabkan blooming jenis paku air (Salvinia molesta) yang menutupi seluruh permukaan danau. Sampai saat ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan atas kerjasama antara Taman Nasional BTS dan JICA yaitu : 

1. Pelatihan pembuatan batu bata tanpa bakar dari lumpur sedimentasi, 
2. Pembuatan parit penahan sedimen di pinggir Danau Ranu Pani,
3. Penanggulangan salvinia secara manual bekerjasama dengan masyarakat, mahasiswa, pecinta alam dan sukarelawan.

Selain kegiatan restorasi danau, areal ini merupakan areal terinvasi berat oleh jenis eksotic dan invasif yaitu Euphatorium odoratum dan Acacia decurens. Kegiatan ini antara lain : 
  • Survei dan studi lapangan, yaitu: - Penyebab kerusakan, - Kondisi geografi dan vegetasi, - Komposisi spesies tumbuhan, dan - Kondisi sosial ekonomi masyarakat. 
  • Batas lokasi target restorasi, Membentuk kelompok kerja dan melaksankan pelatihan, 
  • Pembangunan Konstruksi persemaian, 
  • Pengadaan bibit dari kawasan taman nasional, 
  • Pembuatan Rancangan restorasi, dan  Kegiatan restorasi, terdiri dari suksesi alami 
Selain dua kegiatan ini terdapat kegiatan lain yang merupakan kolaborasi dengan perusahaan Jepang yaitu Sumitomo Forestry Co,. Ltd dalam hal pelatihan pengendalian kebakaran hutan.

Comments

Popular Posts